(A)
Aku sedang berada di bandara Changi saat menulis ini. Kami saat ini sedang menunggu kedatangan bus yang akan mengantar kami ke penginapan.
Kami tadi mulai terbang pukul 07.35 waktu Indonesia. Namun kisah ini tidak dimulai dari situ. Cerita ini akan ku mulai dari dua hari yang lalu.
Di malam hari, tepatnya hampir tengah malam, aku mendapat panggilan whatsapp dari salah seorang pengurus yang mengabarkan bahwa passport milikku ditolak oleh sistem karena masa aktifnya kurang dari enam bulan. Tentu saja aku panik. Aku takut tidak bisa ikut berangkat ke Singapura. Lalu ia mengabariku untuk ikut ke imigrasi esok harinya. Padahal saat itu aku sedang berada di Janti. Jadilah aku pulang pagi-pagi sekali.
Saat aku sudah di Sewon, aku memberitahunya. Namun tidak ada kabar hingga malam harinya aku bertemu dengannya di latihan terakhir kami di Indonesia. Dia meyakinkanku bahwa pasti bisa. Pasti bisa lolos imigrasi.
Keesokan harinya aku bangun pagi-pagi sekali. Aku harus memasang hingga empat alarm agar aku benar-benar bangun. Untung saja hal ini berhasil. Aku berangkat ke bandara dengan setengah nyawa karena aku hanya sarapan dua butir telur rebus. Aku harus mandi keramas untuk bisa benar-benar sadar walau itu sangat dingin.
Saat pengecekan imigrasi, aku was-was karena passportku diproses lebih lama dari teman-temanku.
Lalu saat pengecekan lag (liquid, apa gitu, and gas) ada benda yang mencurigakan di dalam ranselku. Jadilah aku harus membongkar tasku. Benda yang mereka curigai adalah pinset. Sebenarnya aku memang membawa pinset, tapi aku tidak mengatakannya. Aku membiarkan mereka menemukannya sendiri. Untung saja dia menyadari itu sebagai benda yang lain, yaitu batangan besi pada masker.
Lalu semua berjalan seperti biasa selayaknya naik pesawat internasional.
Dua jam kemudian kami mendarat di bandara Changi. Ini adalah kedua kalinya aku pergi ke Singapore. Aku agak was-was karena pasti kedatanganku kali ini akan berbeda dengan saat pertama kali. Benar saja, saat di imigrasi kedatangan barulah masalah passportku diungkit. Aku disuruh menuju ke bagian immigration issue sementara teman-temanku yang lain sudah masuk terlebih dahulu.
(B)
-Aku sudah berada di penginapan Ark Hostel dan aku sudah menghabiskan sekitar empat jam untuk beristirahat sejenak. Aku akan menceritakan tentang hal ini di postingan lainnya.-
Aku di sana harus menjelaskan apa tujuanku ke Singapura dan setelah menjalani proses tanya jawab dan verifikasi identitas akhirnya aku dilerbolehkan masuk me Singapura dengan surat peringatan.
I feel like I'm a criminal.
Aku sedang berada di bandara Changi saat menulis ini. Kami saat ini sedang menunggu kedatangan bus yang akan mengantar kami ke penginapan.
Kami tadi mulai terbang pukul 07.35 waktu Indonesia. Namun kisah ini tidak dimulai dari situ. Cerita ini akan ku mulai dari dua hari yang lalu.
Di malam hari, tepatnya hampir tengah malam, aku mendapat panggilan whatsapp dari salah seorang pengurus yang mengabarkan bahwa passport milikku ditolak oleh sistem karena masa aktifnya kurang dari enam bulan. Tentu saja aku panik. Aku takut tidak bisa ikut berangkat ke Singapura. Lalu ia mengabariku untuk ikut ke imigrasi esok harinya. Padahal saat itu aku sedang berada di Janti. Jadilah aku pulang pagi-pagi sekali.
Saat aku sudah di Sewon, aku memberitahunya. Namun tidak ada kabar hingga malam harinya aku bertemu dengannya di latihan terakhir kami di Indonesia. Dia meyakinkanku bahwa pasti bisa. Pasti bisa lolos imigrasi.
Keesokan harinya aku bangun pagi-pagi sekali. Aku harus memasang hingga empat alarm agar aku benar-benar bangun. Untung saja hal ini berhasil. Aku berangkat ke bandara dengan setengah nyawa karena aku hanya sarapan dua butir telur rebus. Aku harus mandi keramas untuk bisa benar-benar sadar walau itu sangat dingin.
Saat pengecekan imigrasi, aku was-was karena passportku diproses lebih lama dari teman-temanku.
Lalu saat pengecekan lag (liquid, apa gitu, and gas) ada benda yang mencurigakan di dalam ranselku. Jadilah aku harus membongkar tasku. Benda yang mereka curigai adalah pinset. Sebenarnya aku memang membawa pinset, tapi aku tidak mengatakannya. Aku membiarkan mereka menemukannya sendiri. Untung saja dia menyadari itu sebagai benda yang lain, yaitu batangan besi pada masker.
Lalu semua berjalan seperti biasa selayaknya naik pesawat internasional.
Dua jam kemudian kami mendarat di bandara Changi. Ini adalah kedua kalinya aku pergi ke Singapore. Aku agak was-was karena pasti kedatanganku kali ini akan berbeda dengan saat pertama kali. Benar saja, saat di imigrasi kedatangan barulah masalah passportku diungkit. Aku disuruh menuju ke bagian immigration issue sementara teman-temanku yang lain sudah masuk terlebih dahulu.
(B)
-Aku sudah berada di penginapan Ark Hostel dan aku sudah menghabiskan sekitar empat jam untuk beristirahat sejenak. Aku akan menceritakan tentang hal ini di postingan lainnya.-
Aku di sana harus menjelaskan apa tujuanku ke Singapura dan setelah menjalani proses tanya jawab dan verifikasi identitas akhirnya aku dilerbolehkan masuk me Singapura dengan surat peringatan.
I feel like I'm a criminal.
Komentar
Posting Komentar